Wi-Fi dan Gelombang dalam Fisika
Komunikasi Wi-Fi terjadi di mana-mana, seperti telpon rumah tanpa
kabel (cordless) yang memungkinkan terjadinya komunikasi antara telpon cordless
anda dengan base unit telpon adalah karena menggunakan gelombang radio yang merupakan
salah satu gelombang elektromagnetik. Bahkan remote control TV anda
juga memperagakan dasar komunikasi wireless dengan mengunakan gelombang infra
merah.
Komunikasi Jaringan Wireless atau Wi-Fi menggunakan bentuk energi
elektromagnetik yang merambat melewati ruang. Energy merambat melalui udara
pada berbagai panjang gelombang. Bergantung dari panjang gelombang itu sendiri,
gelombang energi bisa terlihat kasat
mata ataupun tidak terlihat. Pada dasarnya, energi elektromagnetik dapat
menembus melalui materi,
akan tetapi tidak jarang materi
memantulkan energi pada beberapa derajat dan menyerap sebagian energi juga.
Beberapa panjang gelombang energi memerlukan
suatu komunikasi untuk bisa terjadi jika berada pada satu garis saling lihat
karena panjang gelombang tersebut tidak bisa menembus atau melalui materi itu dengan baik.
Sebagai contoh, sebuah remote control televisi yang menggunakan gelombang infra
merah pada umumnya memerlukan komunikasi segaris lurus, tidak terhalang sebab
halangan dapat melemahkan gelombang.
Dampak Wi-Fi terhadap Kesehatan
Wi-Fi yang sekarang merupakan fasilitas teknologi
penting, ternyata juga punya dampak negatif. Wi-fi (wireless fidelity) yang lebih dikenal sebagai jaringan
lokal nirkabel semakin populer terutama di negara-negara maju dan berkembang.
Dengan wi-fi orang bisa masuk ke jaringan internet tanpa harus repot
menyambungkan kabel dari komputer ke jalur telepon.
Di balik kemudahan yang ditawarkan wi-fi, ada beberapa keyakinan
publik yang menganggap wi-fi berdampak negatif terhadap kesehatan. Mereka yang
tidak setuju dengan kehadiran wi-fi beralasan radiasi elektromagnetik dari
wi-fi bisa menyebabkan nyeri di kepala, gangguan tidur dan mual-mual, terutama
bagi mereka yang electrosensitive.
Ketakutan akan dampak buruk wi-fi terhadap kesehatan ini
dimentahkan ilmuwan Inggris. Seperti yang diungkapkan Sir William Stewart,
ketua Health Protection Agency, mengatakan pada BBC Programme Panorama, tak ada
yang perlu dikhawatirkan dengan teknologi wi-fi. Tak ada bukti pasti yang
menyebutkan, perangkat seperti ponsel dan wi-fi menyebabkan kesehatan
terganggu.
Hal senada juga diungkapkan Professor Lawrie Challis, dari
Nottingham University. Dalam pernyataannya pada BBC, Prof Challis, yang
menjabat sebagai ketua Mobile Telecommunications and Health Research (MTHR)
menyebutkan:
“Radiasi elektromagnetik dari Wi-fi sangat kecil. Pemancarnya juga
berkekuatan rendah. Selain itu masih ada jarak dengan tubuh. Bisa jadi radiasi
elektromagnetik sangat dekat dengan tubuh, ketika kita memangku laptop. Namun dalam pengamatan saya setiap
orang tua akan meminta anak mereka untuk tidak terlalu sering menggunakan ponsel mereka dan selalu meminta mereka untuk menaruh laptop di atas meja, bukan di
pangkuan, jika mereka
berinternet terlalu lama.”
Untuk mendukung pernyataan ini, tim Panorama BBC mengunjungi
sebuah sekolah di Norwich, yang memiliki seribu siswa, dan mencoba
membandingkan tingkat radiasi dari ponsel dan penggunaan wi-fi di dalam kelas. Hasilnya
menunjukkan radiasi wi-fi di ruang kelas tiga kali lebih besar dibanding
pancaran yang dikeluarkan ponsel.
Namun ahli kesehatan psikis Professor Malcolm Sperrin
mengatakan sinyal wi-fi
yang lebih besar tiga kali lipat dibanding radiasi ponsel di suatu
sekolah masih belum relevan, karena belum ditemukan
pengaruhnya terhadap kesehatan. Seperti yang dikatakannya sebagai berikut.
“Wi-fi adalah teknologi yang menggunakan gelombang radio
elektromagnetik rendah, yang sebanding dengan oven microwave, bahkan 100 ribu
kali lebih rendah dari microwave. Tipe radiasi yang dipancarkan gelombang radio
(wi-fi), microwaves, dan ponsel telah menunjukkan kenaikan level temperatur
jaringan yang sangat tinggi, yang biasa disebut thermal interaction, namun
masih belum ada bukti level tersebut menyebabkan kerusakan.”
Health Protection Agency menyebutkan duduk di ruangan yang
memiliki hotspot selama setahun sebanding dengan gelombang radio yang
dipancarkan saat bercakap-cakap dengan ponsel selama dua puluh menit.
“Gelombang radio sudah menjadi bagian dari kehidupan kita selama
hampir seabad atau lebih, namun jika ada gangguan yang signifikan terhadap
kesehatan, pasti ada kajian yang akan mencatatnya, dan selama ini berbagai
studi masih belum menemukan bukti transmisi wi-fi bagi kesehatan.
Hal tersebut juga didukung Professor Will J
Stewart, rekan dari Royal Academy of Engineering, yang mengatakan: “Ilmu
pengetahunan telah mempelajari pengaruh ponsel bagi kesehatan selama
bertahun-tahun dan kekhawatiran akan dampak radiasi ponsel masih sangat kecil. ”
“Begitu juga dengan wi-fi, jika digunakan dalam batas yang
wajar tak akan ada pengaruhnya bagi kesehatan dalam waktu yang lama. Namun
bukan berarti semua radiasi elektro magnetik tak berbahaya, misalnya sinar
matahari yang terbukti menyebabkan kanker kulit, jadi jika Anda menggunakan
laptop saat berjemur di pantai, ada baiknya mencari tempat yang teduh,” tambah Sperrin yang mengatakan sampai
saat masih belum ada banyak
bukti yang cukup berarti akan dampak negatif wi-fi.
Namun yang lebih dikhawatirkan Sperrin bukan pada gelombang wi-fi,
namun pada perilaku dalam penggunaan laptop, dan panas yang dihasilkan laptop
pada beberapa bagian sensitif pada tubuh, yang berdampak pada kesehatan.
Publikasi tentang dampak negatif wi-fi sehubungan dengan radiasi
elektromagnetik yang ditimbulkannya ini awalnya datang dari sebuah kasus yang
dialami seorang wanita di London, yang datang ke institusi kesehatan dengan
keluhan nyeri di bagian kepala, telinga, tenggorokan dan beberapa bagian tubuh
lain bila berada dekat dengan peralatan elektronik atau menara pemancar.
Perangkat elektronik, memang memiliki radiasi elektromagnetik
dimana dalam jumlah besar bisa mengakibatkan gangguan fisiologis hingga memicu
pertumbuhan sel-sel abnormal seperti kanker, namun intensitasnya berbeda-beda
dan ada patokan batas aman yang dianggap tidak sampai membahayakan kesehatan.
Atas keluhan ini berikut anjuran dokter yang mendiagnosanya
sebagai suatu keadaan elektrosensitif, wanita tadi melindungi rumahnya dengan
perangkat khusus antiradiasi untuk meminimalkan gelombang elektromagnetik dari
teknologi wi-fi di sekitar tempat tinggalnya.
Beberapa publikasi lanjutan tentang dampak radiasi wi-fi ini
kemudian dilansir di Swedia langsung dari pemerintahnya serta di Norwegia lewat
pernyataan perdana menterinya sendiri. Lagi-lagi,
kemungkinan pemberitaan yang awalnya banyak beredar di dunia maya ini
sempat dianggap sebagai hoax, suatu berita isu yang belum bisa diyakini
kebenarannya, namun adanya beberapa penelitian yang dilaporkan dari institusi
resmi mungkin mulai membuat beberapa pihak bersangkutan mulai memikirkan hal
ini.
Sebagian laporan resmi tersebut menyebutkan tingginya intensitas
radiasi elektromagnetik di beberapa situs lokasi wi-fi, namun tak sedikit juga
yang melaporkan bahwa intensitas tadi masih berada di bawah ambang batas
senilai dengan radiasi elektromagnetik yang dihasilkan oleh beberapa perangkat
yang aman seperti televisi maupun radio, begitupun, kesimpang-siuran ini jelas
menimbulkan suatu kekhawatiran bagi sebagian orang yang sangat peduli dengan kesehatannya,
belum lagi pengakuan sejumlah
aktifis di luar negeri yang bergabung untuk mendesak pembatasan penggunaan
wi-fi, yang bagi sebagian masyarakat lain sangat diperlukan itu.
Beberapa kampus di negara-negara maju malah sudah ikut melarang
penggunaan teknologi ini di sekitar lingkungan pendidikan mereka, meski belum
ada kejelasan akan bahayanya.
Banyaknya publikasi dari pengaruh radiasi elektromagnetik
situs-situs umum penyedia wi-fi tadi turut juga memuat kekhawatiran mereka yang
dialamatkan lebih ke penggunaan perangkat komputer dan
juga usia penggunanya. Di luar masalah kesensitifan masing-masing individu
terhadap radiasi elektromagnetik ini, sebagian ahli menyebutkan bahwa anak-anak
jauh lebih sensitif dibandingkan dengan usia dewasa.
Pihak Health Protection Agency, Inggris, yang baru-baru ini
membuat publikasi resmi pada sebuah program BBC bahwa dampak negatif ini sama
sekali belum dapat dibuktikan dan pendapat ini didukung juga oleh sebuah
institusi riset kesehatan telekomunikasi disana, dengan argument bahwa pemancar
yang digunakan untuk teknologi ini sebenarnya berkekuatan sangat rendah dan tetap ada jarak dengan
tubuh yang membuat radiasinya juga berlangsung dalam intensitas yang sangat
rendah meski nilai yang mereka dapatkan berjumlah sekitar tiga kali lebih besar
dari radiasi penggunaan ponsel biasa.
Mereka menekankan lebih lanjut bahwa bukan radiasi wi-fi lah yang
menjadi masalah melainkan cara penggunaan komputer terutama laptop yang sering
diletakkan di pangkuan hingga tak lagi memiliki jarak dengan tubuh.
Bila kekhawatiran akan radiasi ponsel saja masih banyak
diperdebatkan, maka wi-fi sama sekali mereka anggap belum pantas mengundang
kekhawatiran tersebut. Begitupun, mereka juga tetap menganjurkan untuk
menggunakan teknologi ini dalam batas wajar sekaligus memperhatikan penggunaan
perangkat komputer yang juga memiliki intensitas radiasi elektromagnetik yang
berbeda-beda.
Paling tidak, penggunaan dalam batasan wajar ini bisa mencegah
pengaruh buruk terhadap kesehatan yang bisajadi kepastiannya baru ditemukan
dalam tahun-tahun mendatang.
Referensi:
Supriyono. 2006. Fisika untuk SMA/MA Jilid Xb.
Surabaya: Sagufindo Kinarya.
0 komentar:
Posting Komentar